Pages - Menu

Jalan Busur [5 - SASARAN]

terjemahan dari The Way of the Bow oleh Paulo Coelho
~
~
SASARAN

Sasaran adalah tujuan yang hendak dicapai.

Ia dipilih dan ditentukan oleh si pemanah dan meskipun ia berada jauh di sana, ia tidak dapat disalahkan apabila kita gagal mengenainya. Di sini terletak keindahan jalan busur: engkau tidak boleh membuat alasan-alasan untuk dirimu sendiri dengan mengatakan bahwa musuhmu lebih kuat daripada engkau.

Engkaulah yang memilih dan menentukan sasaranmu dan engkau bertanggung jawab untuk itu.

Sasaran yang dipilih bisa saja lebih besar, lebih kecil, agak ke kanan atau ke kiri, namun engkau mesti selalu berdiri di hadapannya, meghormatinya dan secara mental membawanya mendekat padamu. Hanya ketika ia telah berada tepat di ujung anak panahmu baru engkau boleh melepas tali busur yang kau pegang.

Jika engkau memandang sasaranmu sebagai musuh, kau mungkin saja dapat mengenainya, namun engkau takkan memperbaiki apa-apa di dalam dirimu sendiri. Engkau akan menjalani hidupmu sekedar berusaha menancapkan anak panah di tengah-tengah selembar kertas atau sebilah papan, yang sungguh-sungguh tiada artinya sama sekali. Dan ketika engkau berada bersama orang-orang, kau hanya akan menghabiskan waktu dengan berkeluh kesah bahwa engkau tidak pernah sama sekali melakukan sesuatu hal pun yang menarik dalam hidupmu.

Karena itu engkau mesti memilih sasaranmu, melakukan yang terbaik untuk mengenainya, dan selalu menghargainya dengan memberi rasa hormat dan memperlakukannya secara pantas; engkau perlu mengetahui apa artinya ia dan seberapa besar usaha, latihan dan intuisi yang kau perlukan.

Ketika engkau melihat ke arah sasaran, jangan berkonsentrasi padanya saja, namun juga pada berbagai hal yang ada di sekitarnya, sebab anak panah, ketika ia telah dilepaskan, akan menghadapi berbagai faktor yang tidak engkau perhitungkan, seperti angin, gravitasi, dan jarak.

Engkau harus memahami sasaran itu. Engkau perlu senantiasa bertanya pada dirimu sendiri: ‘Jika aku adalah sasaran itu, di manakah aku berada? Seperti apa rasanya terkena tembakan dari seorang pemanah yang pantas dihormati?’

Sasaran hanya akan ada bila ada yang memanahnya. Adalah hasrat si pemanah untuk mengenainyalah yang membenarkan keberadaannya, jika tidak ia tak akan lebih dari sekedar benda saja, selembar kertas atau sebilah papan yang tiada memiliki arti.

Sebagaimana anak panah mencari sasaran, begitu pula sasaran mencari anak panah, sebab anak panah itulah yang memberi makna pada eksistensinya; ia tak lagi sekedar selembar kertas; bagi seorang pemanah, ia adalah pusat dunia.